Laman

Label

Senin, 08 Juni 2015

Sudah di Tingkat Mana?


Bismillah... kali ini mau nulis dengan gaya bahasa yang formal. Hehe Sedikit ringkasan dari kajian Ust. M. Junaidi Sahal di Suara Muslim Surabaya 93,8 FM beberapa waktu lalu.

وكان الله شاكراعليما. الناس ...
Wa kaanallahu syaakiran 'aliiman (An-nisa : 147) 
Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.

Dalam surat ini disebutkan bahwa "Allah Maha Mensyukuri".

Syukur dalam makna yang sesungguhnya itu lebih banyak memberi dan sedikit menerima. Dan tiada dzat yang paling sempurna dalam syukur selain Allah. Karena pada dasarnya, Allah selalu memberikan apapun yang dibutuhkan hamba-Nya. Dan Ia tidak membutuhkan balasan sedikit pun. Allah memberi pahala terhadap amal ibadah hambanya, memaafkan kesalahannya, dan menambah ni'matnya. Allah selalu sempurna ketika memberi, sedangkan manusia hanya sedikit memberi. Salah satunya saat beribadah.

> Syukur itu, ibarat sebuah pohon yang rimbun dengan buah yang sangat lebat, padahal air yang diterima dan diserap sedikit.

> Syukur itu juga ibarat kambing yang sangat gemuk, padahal makanannya sangat sedikit

Sejatinya ibadah adalah sebuah bentuk rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan kehidupan dan mencukupi segala kebutuhan manusia di bumi. Allah tidak membutuhkan ibadah makhluk-Nya, melainkan manusialah yang membutuhkan ibadah sebagai bentuk rasa terima kasih sebagai hamba.

Kesimpulannya, syukur itu, sedikit menerima namun banyak ketika memberi. 
Syukur itu, saat diberi merasa lebih, dan saat memberi merasa kurang dan sangat sedikit.

Syukur memiliki tiga tingkatan:
1. Standard
2. Medium
3. Excelent

> Standard
Syukur kita dikatakan dalam kategori standard itu ketika kita sering lupa untuk mengucap hamdalah, mengucap terima kasih. Dan baru ingat dalam kurun waktu yang lama.

Hal ini dicontohkan ibarat orang yang sedang makan. Setelah selesai makan, ia tidak langsung mengucap Alhamdulillah. Melainkan ia baru ingat dan mengucap hamdalah setelah beberapa saat ia bersendawa karena kenyang. Artinya, dalam tingkatan ini adalah bersyukur tidak pada saat itu juga setelah memperoleh ni'mat.

> Medium
Syukur kita dikatakan dalam kategori Medium itu ketika kita mampu bersyukur jauh sebelum menerima sebuah ni'mat.

Hal ini dicontohkan ibarat orang yang langsung berucap syukur dan memuji Allah dengan hamdalah ketika melihat sebuah jamuan makanan, meskipun ia belum merasakan makanan itu. Entah rasanya enak atau tidak, tapi ia sudah bersyukur terlebih dahulu.

Satu contoh lagi, orang yang mengucap hamdalah ketika menerima amplop. Padahal belum tahu isi amplop itu kertas atau uang yang tidak diketahui jumlahnya. (Hehe ini lebih real)

>Excelent
Syukur yang sempurna. Yakni seseorang yang mampu bersyukur sebelum memperoleh ni'mat dan sedah mempunyai niatan dalam hatinya untuk berbagi terhadap orang lain. Yang kemudian niat dan ucapan itu diikuti dengan perbuatan yang real.

خيرالناس انفعهم للناس
"Khoirunnaas anfa'uhum linnaas" 

Sebaik-baik manusia adalah ia yang bermanfaat bagi orang lain.

Untuk contok syukur tingkat Excelent itu seperti saat kita baru mendengar akan memperoleh amplop. Meski amplop yang berisi rizqi itu belum di terima, ia sudah bersyukur dan berniat untuk berbagi dengan orang lain atas rizqi yang akan diperolehnya. Dan tentunya, diikuti tindakan yang real.

Dan sesungguhnya yang paling sempurna kesyukurannya hanyalah Allah. Dzat yang selalu banyak memberi tanpa diminta dan sedikit menerima dari apa yang diberikan oleh hamba-Nya.

Nah... Kita sudah ditingkat yang mana? #Tanya pada diriku sendiri. Hehe

FootNote:
Rasa syukur itu harus dilandasi dengan sebuah keikhlasan.
Konsep dasar ikhlas adalah apa yang diberikan lebih besar daripada apa yang diterima.
Dan konsep ikhlas itu jauh lebih baik daripada konsep adil.

Saling memberi - dan saling memberi kecintaan


Salam senyum sang mentari dini hari.
Aisyah El Fayruz
@istfun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya.. jangan lupa tinggalkan komentar dan follow g+ yaa.. ^_^