Laman

Label

Sabtu, 13 Juni 2015

Masih Ingin Marah?


Anjani, Dini, Arju, Dina
Wildan










Yeyeyyy... kali ini mau sharing ceritaku liburan kemarin. Hehe, semalam terlalu sibuk dengan batuk jadi susah mikir :D

Kemarin, dari pagi sampai siang aku jadi baby sitter :3. Jadi kisahnya berawal dari si ganteng Wildan Mustafidzi yang ditinggal Bapak Ibunya bekerja. Biasanya sih ini bocah ngikut Mbak sepupuku (Budenya). Berhubung Mbakku lagi ke Jombang, jadilah si Tiwil ngendap di rumahku yang kebetulan aku pas libur.

Bocah satu ini udah ganteng, cerdas banget, tapi seringnya semua tingkah Wildan emang sangat konyol. Hahaha. Sepagian kemarin sungguh dapat banyak pelajaran dari bocah ini. Pengen marah tapi engga bisa, malah jadinya pengen ketawa. :D

Jadi, pas pagi-pagi aku mau berobat, Wildan ngikut mulu. Nah pas di Puskesmas dia bilang "Mbak, Aku nggak mau timbang". Aduh.. hihihi, yang mau cek berat badan kan aku. Selama nungguin antri, dia main sama anak dokternya. Trus dua bocah 5 tahun itu bikin pasien balita nangis karena gamau minjemin sepeda mainannya. Aduh lagi dehh. 

Ini bocah emang cerdas, selalu aja ada yang ditanyain. Pas pulang, ehh tanya lagi "Mbak, opo'o sih kok gak di suntik?" :3 "Ya emang, gamau suntik :D " *padahal sebenarnya takut jarum.. hihihi >.< ada-ada aja nih anak.

Edisi ke dua >>
"Wil, Mbak tak nyuci baju. Wildan mainan di dalam ae yo, gaboleh keluar. Pintunya ditutup" kataku
"Ngge" jawabnya, sambil otak atik kertas origami yang ada di kamarku.
Jadilah aku ngumpulin baju-baju kotor trus langsung eksekusi biar bersih. Ehh bentaran doang, si Wildan mulai lagi. "Mbak, Yoopo sih gawe kupu-kupu. Gini tah?" Sambil nunjukin lipatan-lipatane. Aku pun mengangguk mengiyakan. Trus dia bingung lagi kelanjutane bagaimana, jadilah kubantu bikin kupu-kupu. Setelah itu, aku kembali ke kamar mandi ngelanjutin tumpukan cucianku.

Tak lama kemudian...
Wildan ikut ke kamar mandi.
"Mbak, aku mau mandi" sambil mainan air di kran.
Addeuuuhh... batinku, rasanya pengen ketawa. Ini bocah emang adaa aja tingkahnya. :D
"Nanti ya,  nek Mbak wes selesai nyuci"
Dia mengangguk dan terus mainan air.
"Aduuh, bajune basah ntar dimarahi Ibu lho Wil"
"Wes bajune di lepas dulu" kataku.
"Dilepas ta?" kata Wildan dengan wajah polosnya. Aku mengangguk. Dan dia keluar melepas baju.

Dengan rasa senang sekali, dia melompat-lompat sambil mainan air lagi. Dan aku lanjut mencuci baju. Kemudian...
Eeeehhh, aduh.. Rasanya shock, si Wildan tiba-tiba saja mau main meluncur ke dalam bak air. Dan seketika mengingatkanku akan masa kecil yang sangat bahagia. Hahaha, nyebur ke Bak air 60x60 cm, diisi 3 bocah perempuan berumur 4,5,6 tahun. Aku paling besar. Bak air pun bisa jadi kolam renang paling menyenangkan bagi kami bertiga.

Aku pun spontan berteriak (ga keras sih, teriakan tetap pelan, hihi)
"Aaaa..." teriakku. Dan Wildan pun menoleh dengan satu kaki yang sudah terangkat siap meluncur ke dalam bak air. Sambil nyengir hingga kelihatan giginya yang keropos karena kebanyakan makan permen.
"Wildan mau ngapain? Ayuk wis mandi dulu aja" kataku. Daripada ntar dia ngelakuin hal aneh-aneh lagi di kamar mandi, pikirku.

Dan jadilah aku mandiin dulu si Wildan dan mengesampingkan cucian yang tinggal dibilas.
"Wildan ga bisa mandi sendiri ta?" tanyaku.
"Nggak bisa" Aduh.. udah besar masak gabisa mandi sendiri. Sambil aku mandiin sekaligus diceramahin. :p
"Aku nggak mau sama rambut ya Mbak" maksudnya, dia gak mau keramas. 
Oke deh gapapa, batinku. toh ntar sore juga bakal mandi lagi.

Setelah selesai mandi..
"Sisire di kamar ya Wil"
"Lha kenapa Mbak kok kudu di kamar?"
Hihihi, rasanya gemeeess banget sama ini bocah. Maksudku ke kanan, dia nyambungnya ke kiri. Dengan polosnya, dia bertanya kenapa kalau sisiran harus di kamar. Padahal yang aku maksud adalah kalau ambil sisir rambutnya ada di kamarku. Hahahaha ~ Setelah itu, kubenerin sisiran rambutnya yang masih berantakan sebelum aku menjemur pakaian.

Dan keunikan pun berlanjut >>
Satu per satu aku menjemur cucian. Dan di dalam bak itu juga terdapat beberapa hanger pakaian. Tiba-tiba hanger bajuku berkurang 2. Eehh gataunya dipakai mainan sama si Wildan.

"Mbak, aku main seluncuran" Aku pun melongo, kaget geregetan campur pengen ketawa. Dia sedang memegang dua hanger baju dengan gaya ala peseluncur di medan bersalju. wkwkwkwkwk

"Lhoo... kok dipakai mainan? itu bukan mainan Nak" kataku sambil garuk-garuk kepala. Geleng-geleng, adaa aja idenya ini anak. :D Trus dia pun mengangguk tanda faham dan segera mengembalikan hangernya ke dalam...

"Aaaduuh" teriakku lagi. Dia pun bingung sambil bertanya kenapa lagi.
"Hangernya kotor nak, kan habis di pakai mainan, harus di cuci dulu" kataku sambil menghela nafas panjang. 

"Maaf yaa" katanya wildan dengan wajah polos yang memelas.
Aku pun langsung dibuat speechless dengan kata maafnya. Nampak ia sedikit takut, padahal aku gak marah sih sebenarnya. Aku pun jadi bingung. dan langsung punya ide biar dia ga sedih.

"Ayuk di cuci dulu yuk" Dia pun tersenyum kembali, kemudian membantuku mengambil semua hanger untuk di cuci. Dan pertanyaan baru pun muncul, kenapa harus semua yang dicuci? padahal yang tadi dipakai mainan kan cuma dua. Dan ku jelaskan pelan-pelan. Entah deh dia faham apa enggak, yang jelas aku dibikin speechless dengan sikapnya saat meminta maaf :') 

Selesai mencuci hanger, aku kembali menjemur cucianku. Ehhh... tiba-tiba pas aku mau noleh dan ngambil cucian lagi, nampak kepala wildan dimasukkan ke dalam bak berisi cucian. Pas ku tanya, Wildan ngapain? Katanya, dia senang melakukan atraksi itu. Hahahaha, aduh aduh.. 

Sesi ketiga pun berlanjut >>
"Wildan maem ya" ajakku, karena aku juga mulai merasa lapar. Kemudian kutanya, dia bisa maem sendiri apa tidak. Dia mengangguk. Dan kemudian ku ambilkan sepiring nasi dengan lauk. Wildan sangat gemar dengan kecap. Sama seperti aku. Makan tanpa kecap itu rasanya hambar :D

Jadilah Wildan menghiasi piringnya dengan kecap. Di pinggir-pinggiran piringnya pun di tetesi kecap. 
"Biar deh dia berkreasi dengan imajinasinya" pikirku. Terus ku amati dia makan. Kecap yang di pinggiran di ambil dengan jarinya kemudian di jilat. Makan kecap itu berasa menjilat coklat mungkin.. Hihihi.

"Wildan kalau makan biasae pake sendok apa ndak?" tanyaku saat ngelihat dia berantakan banget makannya. Tapi ku biarkan, biar mandiri. pikirku. Dia pun menggeleng.
"Okelah" pikirku sambil melanjutkan makanan di piringku sendiri.

Tak lama kemudian, Ibunya datang. Tertawa melihat gaya Wildan makan pakai tangan. Dijumputi, kayak ngambil beras. Pantesan ga habis-habis. Dan ternyata, kata Ibunya, dia ga biasa makan pakai tangan. Mungkin karena ngikut aku yang makan pakai tangan. Hahaha. Ibunya yang udah ga sabar nungguin Wildan makan, akhirnya menyuapinya sampai habis. Dan berakhirlah pula kekonyolanku hari ini. :D

Tanpa amarah atau bentakan, apa yang dikatakan kepada anak kecil akan lebih mudah di serap. Emang kudu telaten ya.. :3 Jadi ngebayangin bagaimana cerewetnya aku dimasa kecil yang suka bikin ribet Ibu. Hehehe >.< :p

Kejadian hampir serupa pun terjadi lagi hari ini. Tadi sore, pas bantuin Ibu masak, ada si Arju yang kudu merengek mau ngikut Ibunya jemput si kembar, tapi gaboleh. Akhirnya ku rayu bocah 2 tahun ini.

"Ayuk ikut masak sama mah, sama mbah nyik" dia pun mengangguk senang. Pas di dapur tak ajak gotongan semangkuk masakan. Padahal ga berat sebenarnya, kuangkat sendiri juga bisa :p cuma ngajakin si kecil terlibat itu selalu bikin dia seneng.
Nah, pas tak suruh meletakkan kembali beberapa helai seledri di meja, Arju meletakkannya sebagian dan mengambil 2 helai.

Hening~

"Kemana ini anak" pikirku. Pas tak cari, ehh ternyata dia lagi main motong-motong daun seledri di depan jendela ruang tengah menggunakan garpu bekas ia makan telur puyuh. Mungkin dia meniru aku yang tadi sedang potong-potong sayur, kemudian langsung praktek :3

"Hah.." Kaget pengen marah tapi pengen ketawa. Seledri pun jadi berantakan di ruang tengah. Dengan nada pelan aku pun bertanya. "Pean lapo? masak ta" 
Dia mengangguk.
"Ngken lek mpun, di bersihno yo" ucapku, sambil nahan tawa, geleng geleng deh. :v
"Ngge" Jawab Arju.

Tak lama setelah itu, dia ke dapur. Sembari menunjukkan potongan-potongan seledri hasil karyanya.
"Nggeh, pun pean taruh di meja situ" kataku. Sebenarnya sih sambil mbatin, mana bisa itu potongan seledri acak-acakan dipakai masak? hahaha, tapi ah sudahlah, berarti dia mengerti kalau habis mainan itu di bereskan.

Setelah itu...
"Lho, nggak bantuin mah ta?" kataku.
"Mboten pun, Mboten" kata Arju. Kemudian ia berlalu dan melanjutkan bermain bersama masnya.
Wkwkwkwk

Hanya bisa dibuat geleng-geleng dengan tingkah dua bocah ini. :D
Alhasil, Mau Marah? Jadinya pasti ketawa. Hahaha


Salam penuh pengetahuan. :D
Aisyah El Fayruz
@istfun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya.. jangan lupa tinggalkan komentar dan follow g+ yaa.. ^_^