Laman

Label

Rabu, 17 Juni 2015

Bukan Aku Tak Bersyukur

Lagi-lagi aku merasa tidak enak dengan apa yang telah aku lakukan dan apa yang telah aku tuliskan. Mungkin memang sangat tidak dewasa ketika mengungkapkan segala hal yang terjadi melalui sosial media. Inilah, lagi-lagi aku merasa nggak enak dengan apa yang sudah aku tulis.

Mungkin dari segi apapun aku memang belum benar-benar bisa dikatakan "dewasa". Bagiku, menuliskan apa yang aku rasakan itu terkadang bisa memberikan kelegaan tersendiri dalam hati. Ya.. meskipun aku tahu, sungguh tidaklah bijaksana ketika seseorang mengeluhkan permasalahannya di sosial media, karena seperti yang seharusnya aku tahu, bahwa hanyalah Allah sebaik-baiknya tempat mengadu.

Setiap orang memang selalu memiliki cara yang berbeda untuk mengeksplorasikan apa yang menjadi beban pikirannya. Dan menulis adalah caraku meletakkan semua beban di pikiran. Dan memang benar adanya, terkadang dalam seketika saat selesai kutuang isi pikiran dalam tulisan, serasa beban itu turut hanyut bersama kata-kata yang tertulis. 

Ini adalah caraku meringankan bebanku, beban yang takkan pernah bisa dipahami oleh siapapun. Dan ini adalah caraku menghibur diri, saat aku dengan kegelisahanku akhirnya menghasilkan sebuah lantunan karya sastra baru bagiku. Inilah caraku... 

Bukan aku tak mensyukuri dengan apa yang ada pada diriku saat ini. Tapi, terkadang seseorang memang harus melepaskan sesuatu bukan karena ia tak bersyukur. Melainkan ia hanya ingin mendapatkan hal yang lebih baik, yang diberkahi Allah. Yakni berjalan dengan Ridho-Nya, yang bisa lebih mendekatkan dirinya pada sang pencipta. Dan yang pasti jauh dari kemudhorotan yang dibenci Allah.

Allah, aku bukan tak bersyukur dengan apa yang aku peroleh saat ini. Aku hanya takut saat apa yang aku peroleh justru menjadi api dalam perutku sendiri. Aku hanya ingin menjadi lebih baik. Seringnya merasa miris saat mengetahui apa-apa yang justru menghambat terkabulnya do'aku sendiri, tertolaknya ibadah, dan hilangnya keberkahan hidup. 

Saat kau telah tercebur ke dalam got pembuangan air yang kotor, bukankah memang harus keluar dari got itu agar bisa kembali bersih? Itu pun tak bisa langsung bersih. Kalau yang keluar dari got saja belum tentu bisa langsung kembali bersih, bagaimana dengan yang hanya diam di dalam kubangan itu? yang pasti ia akan tetap kotor dan semakin kotor. Lantas, bagaimana caranya bisa dekat dengan Tuhan saat diri masih bersimbah dengan hal-hal yang kotor?

Bukan karena aku tak bersyukur, aku hanya ingin membersihkan diriku yang telah lama tercebur dalam got pembuangan air. Aku ingin membersihkan diriku, hingga aku pantas saat menemui-Nya. Bukan karena aku tak bersyukur dengan profesiku, aku hanya ingin mendapatkan sesuatu yang lebih berkah, sesuatu yang lebih diridhoi-Nya. Aku hanya ingin, saat aku kembali bersih, do'aku akan lebih mudah terijabah, dan hidupku bisa lebih berkah serta bermanfaat untuk orang banyak.

Bukan karena aku tak bersyukur...

Kita tidak bisa membahagiakan semua orang sekaligus. Dan kondisi apapun, tulisan apapun, status apapun akan selalu menuai pro dan kontra. Tapi aku bersyukur, kala banyak orang yang menegurku dengan setiap kejadian yang tak seharusnya aku tuliskan. Meskipun sejatinya masih banyak diantara semua orang yang melakukan kekonyolan yang sama atau bahkan lebih parah dari apa yang aku lakukan. Aku bersyukur, kala teguran demi teguran itu datang menghampiriku, karena itu semua memiliki arti bahwa mereka memperhatikanku. Dan mereka peduli denganku. Mereka, hanya tak ingin aku terlena dengan sosial media. Terimakasih sahabat :)

Salam penuh kasih.
Aisyah El Fayruz
@istfun

2 komentar:

  1. artikel yang begini yang saya suka, bacanya adem..ada nasehat..:) diteruskan ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mengalir aja sih om bikinnya... tergantung suasana hati.. hehe
      insyaaAllah semoga makin hari makin bisa nulis yang lebih bermanfaat.. hehe

      Hapus

Terimakasih atas kunjungannya.. jangan lupa tinggalkan komentar dan follow g+ yaa.. ^_^