Gadis kecil itu bernama Syifa. Sosok
gadis yang cantik dengan matanya yang bulat. Entah kenapa aku selalu suka
menatap bocah bermata bulat. Usianya masih empat tahun. Dan bulan ini adalah
bulan pertama ia menduduki kelas TK A.
Siang tadi, aku berkunjung ke
rumahnya bersama temanku. Berbagai macam hal mengagumkan kutemukan di sana.
Dengan setiap kesederhanaan yang terpoles di tiap sudut ruangan. Dan berbagai
suguhan kisah yang membuat hati terpana dan ternganga.
Hari lebaran memang selalu menjadi
hari kemerdekaan bagi anak-anak. Dimana seperti tradisi pada umumnya, setiap
anak-anak kecil akan mendapatkan angpao lebaran. Berupa lembaran-lembaran rupiah
yang didapatkan saat berkunjung ke rumah sanak saudara. Sama halnya dengan Syifa.
Ia juga tak melewatkan momentum lebaran untuk berbahagia saat memiliki lembaran
dengan rupiah yang ia peroleh.
Namun, ada yang sangat berbeda dengan
gadis kecil itu. Disaat anak-anak sebayanya sedang sibuk menghitung uang saku
lebaran, kemudian berbondong-bondong membeli berbagai macam mainan. Atau, sibuk
menghabiskan uang mereka untuk jajan di sepanjang jalan. Tapi tidak dengan Syifa.
Setiap kali ditanya, “Uang lebarannya
mau dibuat apa Syifa?”.
Gadis kecil itu akan selalu memiliki
sebuah jawaban yang sama.
“Uangnya untuk amal, menabung, dan
beli jajan” cetusnya.
Aku hanya bisa tercengang kagum
mendengarkan jawaban dari mulut gadis sekecil itu. Sedari kecil, ia memang
telah dibiasakan untuk beramal kepada siapapun yang membutuhkan. Bahkan, ia
selalu terheboh-heboh minta uang ke Mamanya setiap kali melihat sebuah kotak
amal bertengger di Masjid, Musholla, tempat mengaji, atau dimanapun ia berada.
Dan ia akan mendadak pasang muka cemberut saat shalat ke masjid, sedangkan tak
ia temukan sebuah kotak dengan lubang kecil di atasnya. Itulah Syifa, gadis
kecil yang berhati mulia.
Beberapa waktu lalu, ada seorang
temannya yang telah ditinggal orang tuanya. Tak lagi memiliki Mama dan Papa
yang bisa membelikannya sepatu atau tas baru. Dengan sangat bersenang hati,
Syifa merogoh uang tabungannya untuk dibelikan sebuah tas baru. Tas sekolah
untuk teman sebayanya.
Mamanya selalu berkata, “Kalau Syifa
pengen apa-apa, mintalah sama Allah”
Dia mengangguk.
Beberapa waktu lalu, Syifa meminta
kepada Allah agar Ayahnya dibelikan sepeda motor baru. Dan Alhamdulillah, kini
doa Syifa telah terwujud. Ia pun kini mengganti permintaannya. Syifa ingin
punya rumah, biar tidak mengontrak lagi.
Begitu kagum dan penasaran dengan
cara yang digunakan oleh orang tuanya untuk membesarkan gadis kecil itu. Hingga
ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang berbeda. Gadis bermata bulat dengan hati
bak malaikat. Syifa, begitulah aku memanggilnya.
Tak hanya itu, Syifa sangat enggan
untuk makan sambil berdiri. Jadi, setiap kali ia membeli makanan di luar, ia
akan membawanya pulang ke rumah agar bisa memakannya sambil duduk. Tak peduli,
meskipun teman-temannya bisa dengan enjoy memakan jajan di sepanjang jalan.
Syifa, begitulah aku memanggilnya. Gadis kecil bermata bulat, dengan hati bak
malaikat.
Rumah akan selalu menjadi taman
bermainnya. Mamanya memang sengaja membatasi Syifa untuk terlalu sering bermain
di luar rumah. Mengingat beberapa waktu lalu ia hampir terpengaruh dengan
kata-kata tak patut yang diucapkan teman-temannya. Ia lebih sering menghabiskan
waktunya untuk bermain sendiri di dalam rumah.
Saat berada di halaman belakang, akan
kau temukan Syifa sedang bermain dengan pasir. Mengaduk-aduknya dengan air.
Ya.. cara mainnya masih sangat sederhana. Dan sepeda yang biasanya beroda
empat, kini hanya tinggal tiga. Karena Ayah Syifa telah melepas satu roda
belakangnya agar ia bisa segera lancar bersepeda. Namun, beberapa waktu lalu ia
sempat terguling dari sepedanya, sehingga membuatnya sedikit takut saat
mengendarai sepeda itu tanpa dipegangi. Jadilah aku tadi, membantu memegangi
sepedanya agar Syifa tidak terguling lagi. Tetap berputar-putar di dalam rumah.
Tadi, aku juga sempat ikut mengumpulkan potongan-potongan puzzle bersama Syifa.
Menyenangkan bisa menemaninya bermain.
Tak ada mainan yang sia-sia.
Begitulah prinsip yang diterapkan orang tua Syifa di rumahnya. Jadi, semua
mainan yang dimiliki Syifa hanyalah mainan-mainan yang benar-benar memiliki
manfaat dan mengasah kreatifitasnya. Dan tak akan kau temukan aneka Barbie
berjajar di kamar Syifa. Karena ia hanya memiliki sebuah boneka Barbie, itupun
karena dibelikan Neneknya. Ayahnya lebih rela membelikan Syifa sekeranjang
lego, malam, atau setumpuk puzzle dari pada harus membelikannya sebuah boneka
Barbie yang dirasa minim manfaatnya.
Hari ini, aku kembali mendapatkan
sebuah sentilan manis dari Tuhan. Disaat aku mulai kikir, Tuhan pertemukan aku
dengan peri kecil yang dermawan. Saat aku mulai lelah dengan usaha, Tuhan
pertemukan aku dengan gadis kecil yang penuh semangat untuk belajar. Dan masih
begitu banyak hal yang mengagumkan darinya. Syifa, gadis kecil bermata bulat.
Peri kecil dengan hati bak malaikat.
Kini, aku mulai mengerti bahwa setiap
kejadian yang aku lewati adalah sebuah proses pendewasaan diri. Bahwa dibalik
setiap penundaan terkabulnya impian, pedihnya sebuah penantian, dan dibalik
terhentinya sebuah pengharapan, ada berbagai hal yang harus aku pelajari. Allah
hanya ingin aku lebih banyak belajar dan belajar dan terus belajar lagi. Bahwa
masih ada banyak orang yang harus aku kenal sebelum benar-benar berlabuh. Salah
satunya adalah Syifa. Gadis kecil bermata bulat dengan hati bak malaikat. Ialah
peri kecil pendamai hati yang kerap tercuil oleh berbagai hal yang penuh
misteri.
Terima kasih untuk perjumpaan hari
ini Peri Kecil Syifa. Gadis bermata bulat dengan hati bak malaikat.
Sabtu, 1 Agustus 2012
Kamar, Ruang inspirasi
Aisyah El Fayruz @istfun