Laman

Label

Sabtu, 01 Agustus 2015

Gadis Kecil itu Bernama Syifa


Gadis kecil itu bernama Syifa. Sosok gadis yang cantik dengan matanya yang bulat. Entah kenapa aku selalu suka menatap bocah bermata bulat. Usianya masih empat tahun. Dan bulan ini adalah bulan pertama ia menduduki kelas TK A.
Siang tadi, aku berkunjung ke rumahnya bersama temanku. Berbagai macam hal mengagumkan kutemukan di sana. Dengan setiap kesederhanaan yang terpoles di tiap sudut ruangan. Dan berbagai suguhan kisah yang membuat hati terpana dan ternganga.
Hari lebaran memang selalu menjadi hari kemerdekaan bagi anak-anak. Dimana seperti tradisi pada umumnya, setiap anak-anak kecil akan mendapatkan angpao lebaran. Berupa lembaran-lembaran rupiah yang didapatkan saat berkunjung ke rumah sanak saudara. Sama halnya dengan Syifa. Ia juga tak melewatkan momentum lebaran untuk berbahagia saat memiliki lembaran dengan rupiah yang ia peroleh.
Namun, ada yang sangat berbeda dengan gadis kecil itu. Disaat anak-anak sebayanya sedang sibuk menghitung uang saku lebaran, kemudian berbondong-bondong membeli berbagai macam mainan. Atau, sibuk menghabiskan uang mereka untuk jajan di sepanjang jalan. Tapi tidak dengan Syifa.
Setiap kali ditanya, “Uang lebarannya mau dibuat apa Syifa?”.
Gadis kecil itu akan selalu memiliki sebuah jawaban yang sama.
“Uangnya untuk amal, menabung, dan beli jajan” cetusnya.
Aku hanya bisa tercengang kagum mendengarkan jawaban dari mulut gadis sekecil itu. Sedari kecil, ia memang telah dibiasakan untuk beramal kepada siapapun yang membutuhkan. Bahkan, ia selalu terheboh-heboh minta uang ke Mamanya setiap kali melihat sebuah kotak amal bertengger di Masjid, Musholla, tempat mengaji, atau dimanapun ia berada. Dan ia akan mendadak pasang muka cemberut saat shalat ke masjid, sedangkan tak ia temukan sebuah kotak dengan lubang kecil di atasnya. Itulah Syifa, gadis kecil yang berhati mulia.
Beberapa waktu lalu, ada seorang temannya yang telah ditinggal orang tuanya. Tak lagi memiliki Mama dan Papa yang bisa membelikannya sepatu atau tas baru. Dengan sangat bersenang hati, Syifa merogoh uang tabungannya untuk dibelikan sebuah tas baru. Tas sekolah untuk teman sebayanya.
Mamanya selalu berkata, “Kalau Syifa pengen apa-apa, mintalah sama Allah”
Dia mengangguk.
Beberapa waktu lalu, Syifa meminta kepada Allah agar Ayahnya dibelikan sepeda motor baru. Dan Alhamdulillah, kini doa Syifa telah terwujud. Ia pun kini mengganti permintaannya. Syifa ingin punya rumah, biar tidak mengontrak lagi.
Begitu kagum dan penasaran dengan cara yang digunakan oleh orang tuanya untuk membesarkan gadis kecil itu. Hingga ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang berbeda. Gadis bermata bulat dengan hati bak malaikat. Syifa, begitulah aku memanggilnya.
Tak hanya itu, Syifa sangat enggan untuk makan sambil berdiri. Jadi, setiap kali ia membeli makanan di luar, ia akan membawanya pulang ke rumah agar bisa memakannya sambil duduk. Tak peduli, meskipun teman-temannya bisa dengan enjoy memakan jajan di sepanjang jalan. Syifa, begitulah aku memanggilnya. Gadis kecil bermata bulat, dengan hati bak malaikat.
Rumah akan selalu menjadi taman bermainnya. Mamanya memang sengaja membatasi Syifa untuk terlalu sering bermain di luar rumah. Mengingat beberapa waktu lalu ia hampir terpengaruh dengan kata-kata tak patut yang diucapkan teman-temannya. Ia lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain sendiri di dalam rumah.
Saat berada di halaman belakang, akan kau temukan Syifa sedang bermain dengan pasir. Mengaduk-aduknya dengan air. Ya.. cara mainnya masih sangat sederhana. Dan sepeda yang biasanya beroda empat, kini hanya tinggal tiga. Karena Ayah Syifa telah melepas satu roda belakangnya agar ia bisa segera lancar bersepeda. Namun, beberapa waktu lalu ia sempat terguling dari sepedanya, sehingga membuatnya sedikit takut saat mengendarai sepeda itu tanpa dipegangi. Jadilah aku tadi, membantu memegangi sepedanya agar Syifa tidak terguling lagi. Tetap berputar-putar di dalam rumah. Tadi, aku juga sempat ikut mengumpulkan potongan-potongan puzzle bersama Syifa. Menyenangkan bisa menemaninya bermain.
Tak ada mainan yang sia-sia. Begitulah prinsip yang diterapkan orang tua Syifa di rumahnya. Jadi, semua mainan yang dimiliki Syifa hanyalah mainan-mainan yang benar-benar memiliki manfaat dan mengasah kreatifitasnya. Dan tak akan kau temukan aneka Barbie berjajar di kamar Syifa. Karena ia hanya memiliki sebuah boneka Barbie, itupun karena dibelikan Neneknya. Ayahnya lebih rela membelikan Syifa sekeranjang lego, malam, atau setumpuk puzzle dari pada harus membelikannya sebuah boneka Barbie yang dirasa minim manfaatnya.
Hari ini, aku kembali mendapatkan sebuah sentilan manis dari Tuhan. Disaat aku mulai kikir, Tuhan pertemukan aku dengan peri kecil yang dermawan. Saat aku mulai lelah dengan usaha, Tuhan pertemukan aku dengan gadis kecil yang penuh semangat untuk belajar. Dan masih begitu banyak hal yang mengagumkan darinya. Syifa, gadis kecil bermata bulat. Peri kecil dengan hati bak malaikat.
Kini, aku mulai mengerti bahwa setiap kejadian yang aku lewati adalah sebuah proses pendewasaan diri. Bahwa dibalik setiap penundaan terkabulnya impian, pedihnya sebuah penantian, dan dibalik terhentinya sebuah pengharapan, ada berbagai hal yang harus aku pelajari. Allah hanya ingin aku lebih banyak belajar dan belajar dan terus belajar lagi. Bahwa masih ada banyak orang yang harus aku kenal sebelum benar-benar berlabuh. Salah satunya adalah Syifa. Gadis kecil bermata bulat dengan hati bak malaikat. Ialah peri kecil pendamai hati yang kerap tercuil oleh berbagai hal yang penuh misteri.
Terima kasih untuk perjumpaan hari ini Peri Kecil Syifa. Gadis bermata bulat dengan hati bak malaikat.

Sabtu, 1 Agustus 2012
Kamar, Ruang inspirasi

Aisyah El Fayruz @istfun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya.. jangan lupa tinggalkan komentar dan follow g+ yaa.. ^_^