Laman

Label

Jumat, 31 Juli 2015

Janji Palsu

"Bukankah engkau yang bilang bahwa akan terus menungguku?"
Mataku memerah, sisa menangis semalaman suntuk. Sembari menatap pahit sosok yang kupuja di depan mata. Aku.. yang benar-benar tak mengerti dengan apa yang sesungguhnya telah terjadi selama ini.

"Tapi apa? Justru kamu yang sudah membuatku begitu lama menunggumu."
Suaraku makin parau saat melanjutkan detil-detil kalimat itu. Gemerisik hujan yang menderas di seberang taman yang tak beratap itu seolah tak membuat riuh suasana. Semuanya hanya membisu mendengarkanku. Hening.

"Maafkan aku"
Ia hanya terdiam. Sembari memainkan sedotan yang ada di dalam gelas kaca berisi jus melon itu. Ia tak berani menatap kedua mataku. Mungkin ia malu. Atau bahkan sengaja menyembunyikan kebenaran di depanku? Entahlah.

Ah.. aku benci semua keadaan ini. Bahkan sang mentari yang telah berjanji akan mendamaikan hatiku juga pergi. Meninggalkan sepucuk janji palsu yang sama.

"Kamu akan hadirkan di pernikahanku?"
Aku terdiam. Meremas sebuah undangan yang sedang kupegang.

Ah dasar.

"Dimanakah kau letakkan perasaanmu? Setelah sekian lama kau buat aku menunggumu dengan penuh kesia-siaan, dan kau masih berani menyuruhku hadir?"
"Dimanakah perasaanmu?"
Aku menatapnya lekat-lekat. Ia masih saja tetap menunduk.

Ah sudahlah. Semua ini pun percuma. Keadaan tak mungkin berubah. pergilah dari hidupku, aku tak ingin menatapmu lagi. AKu tak ingin mengingat semua janjimu lagi. Ah semuanya pun telah menjadi percuma. Tiada guna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya.. jangan lupa tinggalkan komentar dan follow g+ yaa.. ^_^