Laman

Label

Senin, 09 Maret 2015

Hujan Harapan


Pagi yang indah dengan rintikan hujan yang menghias suasana. Duduk sendiri bersama sejuta lamunan yang meringkuk di angan-angan sembari menatap ke arah luar jendela. Bulir2 air hujan mulai saling berkejaran membentuk formasi apik sebelum kemudian membasahi tiap sudut pandang. Menyisakan sedikit tanah kering di bawah rindangnya pohon tua yang mengayomi pelataran.


Tak mau kalah, angin yang tadinya berhembus dengan santai, kini ikut menyeruak meramaikan keindahan alam. Membuat hamparan padi yang baru berumur satu bulan, meliuk liuk dalam tarian di tengah rinai hujan yang mulai menderas. Ranting ranting pepohonan ikut mengibas ngibaskan dedaunan dengan penuh kegirangan, seolah saling menantang memamerkan pesona alam.

Awan kembali menguasai langit, menutup pandang akan keindahan gunung elok nun jauh di sebrang. Seolah tak ingin menyisakan sedikit pun tempat bagi sinar mentari untuk bernaung di bumi. Tak nampak lagi anak-anak kuda berlarian dengan penuh semangat, mengitari tanah lapang tempat mereka bermain. Sesekali ada yang terjatuh, tersungkur hingga terguling saat saling kejar di gundukan tanah yang mengering. Pagar-pagar besi yang melintang tak pernah menghalangi pandanganku menyaksikan kebahagiaan yang terpancar dalam keluarga kecil kuda-kuda itu.

Seraya memamerkan kebersamaan, tawa mereka menggema hingga ke sudut ruanganku. Riuh, ramai dan selalu menyenangkan tiap kali disuguhi pemandangan itu. Setidaknya keberadaan mereka di tanah lapang sebrang jalan sedikit banyak bisa menjadi penghibur kesendirianku. Ah yaa... terkadang kebersamaan mereka memang kerap membuatku iri. Keluarga kecil...

Perhatianku kembali terusik oleh hujan. Dimana ia selalu menumpahkan beraneka ragam harapan. Meski waktu tak pernah menjanjikan kepastian, tapi waktu selalu menyediakan ruang tersendiri untuk setiap harapan yang memenuhi angan. Masa depan memang tidak pasti, atau lebih tepat, tak pernah kita ketahui kepastiannya seperti apa. Dan harapan itu memang terlahir bersama ketidak pastian.

Kepastian hanyalah milik takdirNya, nyata. Semua kehidupan ini memang takdir. Dan seperti yang ku ketahui selama ini, bahwasanya takkan ada yang sanggup menembua kokohnya dinding takdir. Takdir itu pasti,  pasti terjadi, pasti kita alami, dan pasti kita lalui. Lantas apa guna kalau kita tidak bisa menikmatinya? Hanya sebuah kesyukuran yang mampu membuat insan bisa terus merasakan manisnya takdir.

Angin semakin menderu-deru, mengoyak-oyak pepohonan, seolah ingin mengusir batang-batang kokoh itu dari pandanganku. Berkolaborasi dengan hujan yang selalu menyisakan genangan air berlumpur di tengah jalan aspal yang berlubang. Dedaunan yang jatuh, menari dan meliuk-liuk sebelum kemudian tersungkur ke tanah. Sesekali menabrak orang-orang berjaket dan bermantel yang berlalu lalang di jalanan aspal yang sempit.

Ah yaa... Entahlah, aku selalu bahagia kala hujan turun. Dimana aku bisa menyimpan berjuta harapan, doa dan keindahan masa depan. Dimana setiap butir air yang jatuh kembali memenuhi setiap rongga hati yang dahaga akan kepastian. Entah itu hanyalah sebuah imajinasi, impian, atau bahakan hanya seonggok hayalan. Yang pasti, hanya untuk satu nama dalam angan. Yakni dia yang akrap diaapa masa depan.

Menilik kedamaian ditengah hujan, kembali membasahi pupus-pupus harapan yang sempat layu dan mengering. Konon, katanya ditengah hujan merupakan salah satu waktu mustajabah untuk setiap doa. Itulah yang membuatku seolah tak ingin melewatkan satu tetes pun air hujan tanpa lantunan merdu doa. Membentuk barisan nada yang berjajar rapih memanjang dan saling melengkapi, kemudian bergandeng tangan mengitari awan menuju dekapan langit. Yaa hujan memang selalu membuatku bahagia walaupun ditengah kesepian yang melanda sekalipun.

Terlalu asyik merenung di antara hujan. Dan baru tersadar kalau langit tak lagi menjatuhkan rinai-rinainya lagi. Kini pak tani kembali nampak di tengah hamparan padinya yang menghijau. Menebas gulma-gulma yang merintang dan menaburkan pupuk ke setiap celah tanah yang ada dengan kibasan tangannya yang sangat terlatih dan cekatan.

Namun masih tak nampak keluarga kecil kuda pacu itu di pelataran kandangnya. Mungkin mereka sedang asyik bergerumbul di tengah perapian untuk sekedar menghangatkan badan mereka. Atau mungkin sedang asyik mendengarkan cerita dan dongeng-dongeng tentang hujan dari ayah ibunya. Ah yaa "keluarga kecil" itu pasti penuh kebahagiaan. Keluarga kecil itu... selalu mampu membuatku iri ^^

Berhentinya hujan bukan berarti matinya harapan. Melainkan tanda bahwa hidup ini terus berjalan. Apapun keadaannya, apapun kondisinya. Selalu siaipkan senyum saat menanti kembali datangnya mentari. Selalu selipkan rasa syukur disetiap kesempatan yang tak pernah terukur. Bersama berlalunya hujan, lamunanku berlalu. Dan kuputuskan kembali beraktifitas mengejar mimpi dan mewujudkan harapan yang selalu kulantunkan di tengah hujan. Sesuatu yang mampu menjadi kebanggaan kelak... in syaa Allah ^^

3 komentar:

  1. Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. ^_^ kebetulan pas lagi kerasukan saja itu nulisnya... hihihihi

      Hapus

Terimakasih atas kunjungannya.. jangan lupa tinggalkan komentar dan follow g+ yaa.. ^_^