Laman

Label

Senin, 26 Januari 2015

Saringan yang Bolong

Entah berapa tahun yang lalu, saat aku masih SD. Seperti biasa, masak-masakan di dapur ibu sudah menjadi kegiatan rutin yang ku lakukan bareng adik sama mbak sepupuku. Yap tiga bersaudara yang tak pernah kehabisan akal buat ajang kreasi baru. Dari bikin tumpeng2an mini, kue kukus yang gatot, manisan, gorengan hingga coklat. Tak semuanya berhasil sih. Tapi kami tak pernah gagal dalam satu acara ini "berantakin dapur"... hihhihi
Kala itu kalau ndak salah sasaran uji coba membuat pisang goreng dan ketela goreng. Yah karena bahannya yang simpel dan bisa di dapat di dapur ibu, jadi tak perlu merogoh tabungan yang kami kumpulkan 100 perak tiap harinya.
 
Efek nonton film anak2 yang dibintangi jhosua, kita bertiga punya "brankas" rahasia untuk setiap rupiah yang kami sisihkan dari uang jajan 300 perak. Ada buku tabungannya juga lhoo.. kalo telat bayar tabungan kena denda. Setiap denda yang terkumpul nantinya kita bagi tiga. Buat borong ice cream hingga sehari sampai balik 3 kali, sambil sembunyi di pinggir rumah tetangga karena takut ketahuan orang tua kami. Hahhaha...

Berbahan sebuah kaleng susu bekas, kami membuat brankas rahasia. Karena aku yang paling tua dari 2 saudaraku, akulah yg menjadi bendaharanya. Setelah seminggu, semua koin yang terkumpul kita masukkan dalam kaleng bekas dan kita kubur di belakang rumah. Alhasil pas musim hujan brankas kita kebanjiran..  hikz hikz..  menyedihkan hihhi

Ehh... critanya kok jd belok dr tema yak :D

Oke balik tentang saringan bolong...

Aku dan adik mulai mencari dan menggeledah setiap sudut almari tempat ibu menyimpan bahan2 masak. Di dapur tua persegi panjang, mbak nia sibuk menyiapkan wadah dan alat penggorengan. Jaman dahulu masih belum ada elpigi, jadi kami menggunakan kompor tradisional yang masih menggunakan minyak tanah, dan ada 2 tungku kayu tua yang terletak d pojok dapur dekat pintu keluar.

Setelah semua bahan terkumpul, mulai dari tepung, sedikit margarin, gula dan garam, adonan mulai siap di olah. Kita campur semua bahan jadi satu, kemudian kita tambah air agar adonan bisa teraduk dengan sempurna. Setelah itu, kita masukkan pisang dan ketela yang sudah dipotong sebelumnya.

Satu persatu kita jatuhkan potongan-potongan pisang dan ketela yang sudah tercampur dengan adonan kulit ke dalam penggorengan yang sudah panas. Sambil sesekali menjingkit karen terciprat minyak yang panas.

Well done... semua sudah siap disantap. Kita letakkan di piring dengan berbagai garnish yang rapi dan cantik. Giliran bebersih dapur agar tidak dimarahi oleh ibu dan nenek. Melihat minyak di wajan yang keruh dengan sisa adonan kulit pisang goreng, kami berinisiatif untuk menyaringnya biar jernih kembali. Alhasil, minyak yang masih panas bukannya bersih malah saringan plastik ibu yang baru jadi berlubang begitu besarnya.

Kita bertiga langsung panik, bingung dan tentunya ketakutan. Suara merdu nenek saat marah langsung terngiang2 dalam kepala. Membayangkan kalau kita bakal mendapatkan sebuah cubitan manis di paha yang membekas warna kemerah-merahan. >.<

Dengan kecerdikan yang ada, ahirnya kita merencanakan sebuah manipulasi pada saringan yang bolong itu. Satu per satu kita bertiga bergantian menggigiti ujung2 saringan yang meleleh kena minyak panas, agar nampak seperti "korban" dimakan tikus. Kemudian aku lempar ke atas, tempat nenek meletakkan besek2 bambu. Sambil memanjat2 meja dapur, kita pun menyudutkan saringan bolong di paling ujung agar benar2 nampak jadi korban tikus nakal. Sehingga kita aman dari kemarahan tanpa mengucap sebuah kebohongan... hahhaha

Dan beberapa waktu kemudian, sepandai2nya menyembunyikan bangkai ahirnya tercium juga. Tapi cukup lega nenek dan ibu gak marah. Yang ada malah tertawa mengetahui ternyata "tikus nakal" yang melubangi saringan adalah tiga gadis kesayangan nenek.

2 komentar:

Terimakasih atas kunjungannya.. jangan lupa tinggalkan komentar dan follow g+ yaa.. ^_^