Kenapa Hijab jadi "Korban?"

Terlahir dan tumbuh sebagai muslimah adalah sebuah anugerah terbesar bagi kaum hawa. Muslimah itu penuh keistimewaan, sehingga dalam berhias dan berpakaian pun telah di atur sedemikian rupa agar keistimewaan itu tetap terjaga. Oleh karenanya telah ditetapkan aturan berhijab bagi Setiap wanita muslimah sesuai dengan FirmanNya dalam surat Al-A'raf ayat 26 yang artinya :

 "Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf:)  

Dewasa ini hijab telah menjadi trend yang telah membumi di masyarakat Indonesia. Namun, keberadaan hijab kerap kali masih di sangkut pautkan dengan akhlaq dan kepribadian seseorang. Sampai ada yang berangganggapan hijab hanya kedok untuk menutupi kesalahan, bagi segelintir manusia yang terlena akan keindahan semu dunia. Sehingga nama "hijab" seolah ikut tercoreng karena akhlaq yang tak sesuai dengan tuntunan agama. Padahal sudah sangat jelas antara hijab dan akhlaq itu adalah dua hal yang berbeda. Sering saya mendengar kalimat "Buat apa berhijab kalau hati masih tak beradab?". Bahkan hingga ada yang melontarkan kalimat "Buang saja Hijabmu, karena tak pantas dengan akhlaqmu". Lalu kenapa hijab yang di permasalahkan dan menjadi "korban". Manusia yang berbuat, kenapa hijab yang harus ikut menanggung akibat?

Seperti yang kita ketahui, memakai hijab itu sudah menjadi kewajiban semua muslimah baligh yang tidak bisa di tawar, tidak peduli yang berakhlaq mulia maupun tidak. Sedangkan akhlaq manusia itu sudah menjadi bawaan pribadi sesuai karakter dan sifat yang dimiliki. Muslimah yang berhijab, belum tentu akhlaqnya baik, namun muslimah yang berakhlaq baik sudah pasti mengenakan hijab. Kemuliaan hijab tidak akan bisa berubah, berbeda dengan akhlaq manusia yang bisa berubah seiring berjalannya waktu.

Namun bukan berarti orang berhijab yang akhlaqnya buruk itu dibiarkan begitu saja. Akan tetapi alangkah baiknya ketika seseorang telah memutuskan untuk mengenakan hijab untuk aurat, juga mengenakan hijab di hati. Yakni dengan mengindahkan akhlaq, mengindahkan perkataan, tingkah dan perilaku yang menunjukkan seorang muslimah yang baik. Hijab merupakan simbol ketaatan seorang muslimah terhadap aturan Allah. Hijab itu suci, alangkah tidak etisnya ketika sebuah kesucian harus dikotori akhlaq yang tidak terpuji.

Sejatinya tiada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Akan tetapi setiap manusia memiliki hak yang sama untuk berubah menjadi insan yang lebih baik. Ketika mengenakan hijab hanya karena mengikuti mode trend masa kini, tidak heran kalau akhlaq pun susah diperbaiki. Namun ketika seseorang mengenakan hijab karena kepatuhan terhadap agama Allah, ketakutan akan siksa api neraka, niscaya mengindahkan akhlaq juga akan menjadi prioritas utama. Bagi seorang muslimah, memang perlu kepandaian dan kehati-hatian dalam menata niatan. Karena sedikit saja terselip niat yang buruk, maka segalanya akan berbelok menjdi keburukan. Berpandai-pandailah dalam mengontol hati dan emosi. Karena itulah kunci menggapai syurga yang abadi.

Begitu banyak keistimewaan menjadi seorang muslimah. Cantik, anggun dan bersahaja menjadi kesan yang timbul dari keselarasan hijab yang syari' dengan akhlaq yang terpuji. Dan aura seorang muslimah akan semakin bersinar ketika hijab yang syari', akhlaq terpuji dipadukan dengan senyuman ikhlas dari hati. Menjadi muslimah yang bermanfaat dan senantiasa berjuang demi kemaslahatan umat Iislam. Maka ni'mat apa lagi yang telah di dustakan? Masihkah rela menanggalkan keistimewaan sebagai muslimah berhijab?

Semoga bermanfaat dan bisa menjadi inspirasi serta motivasi bagi semua muslimah untuk menanamkan hijab di hati. Menjadikan pencegah diri dari akhlaq yang tidak terpuji. Terutama untuk saya yang masih jauh dari kesempurnaan dalam behijab diri dan hati. Semoga kita senantiasa dalam perlindungan dan penjagaanNya dari segala tipu daya dunia yang menyesatkan.

telah publish di kompasiana