Laman

Label

Rabu, 25 Februari 2015

Dikejar Deadline

Pagi ini seperti biasa aku terbangun pukul 2 dini hari.  Sebenarnya sudah terbangun sejak pukul 11 malam, karena memang tidur ba'da isya'. Tapi karena kantuk yang tak kunjung reda, akhirnya aku pun tertidur lagi, hingga angin malam kembali membangunkanku.


Seperti biasa, kulakukan rutinitas harianku tiap terbangun di tengah malam. Hingga air dingin pegunungan mampu membuat mataku benar2 kembali terjaga.  Setelah selesai mendinginkan suasana hati dan pikiran, aku kembali ke kamar dan melongik jam di ponsel, yaah karena 2 jam beker yang bertegger manis d atas rak buku baterainya habis semua dan belum ku ganti jua.. hihihi


Kembali teringat akan deadline menyelesaikan tiga artikel antologi yang harus ku kumpulkan esok. Rasanya mulai pening, tiga antologi itu terus melayang-layang dalam benakku. Sengaja memang aku meminta deadline, krn tugas tanpa deadline hanya akan membuatnya tergeletak berhari-hari bahkan hingga berminggu-minggu di laptop.

Pukul 02.46 pagi. Aku kembali mengendap-endap ke kamar kakak, mengambil laptop yang dibiarkan hidup namun ditinggal tidur, kemudian bergegas kembali ke kamarku. Kali ini aku mencari posisi ngetik yang berbeda, karena aku tau kalau kembali mengetik dengan cara berselonjor di tempat tidur hanya akan membuatku tergida kembali akan nyamannya sebuah bantal dan selimut tebal. Akhirnya kugelar tikar dan laptop kuletakkan di atas ranjang. Sebuah buku binder, dua bolpoint dan setumpuk buku bacaan yang kupinjam dari temanku di Surabaya menemani hening malam yang penuh kegelisahan. Yaap... dikejar deadline takkan pernh bisa membuat tidurmu nyenyak.

Alhamdulillah kondisi yang sungguh mendukung, hingga aku tak memerlukan banyak waktu untuk merampungkan satu profile yang sudah menganggur hingga seminggu lebih lamanya. Hingga pukul 03.53 pagi, dan satu file sudah terkirim. Legaaa rasanya, tapi kelegaan ini belum berahir, kembali terusik dengan 2 antologi yang menunggu ku rampungkan. Sudah mendekati subuh, aku pun memilih merangkum bagian2 penting satu profil agar nanti bisa lebih mudah mengolahnya.

Adzan subuh mulai berkumandang yang menjadi tanda aku harus segera beranjak dari layar laptop yang sedang menyala-nyala penuh semangat menulis. Karena jadwal masuk pagi, tak banyak waktuku untuk bisa sedikit melanjutkan tulisan. Karena harus membantu ibu beberes rumah sebelum berangkat berburu dolar.. hihi

Pukul 06.45 aku pun bersiap dengan menenteng sebuah tas ping yang penuh dengan buku dan perlengkapan menulis. Berharap nanti ada longgar waktu untuk sekedar melanjutkan sedikit tulisan atau melanjutkan membaca buku yang berjudul "iblis menggugat Tuhan" setelah kemarin rampung membaca biku ciptaan mas fuadi dkk dengan judul "berjuang di tanah rantau", man jadda wa jada series.

Ahh... ternyata semua itu hanya menjadi rencana. Tak ada sedikitpun jeda untuk sekedar menulis sebaris kata. Hari itu benar-benar dibanjiri kesibukan. Rasanya percuma menenteng tas yang terasa begitu berat dengan isi perbekalan dan peralatan menulis yang lengkap. Deadline terus saja menghantuiku. Hanya sempat membaca selembar dua lembar buku saat menunggu kakak menjemputku.

Sore hari sesampainya di rumah aku kembali menatap laptop di atas meja ruang tengah. Sembari mendengarkan saudara-saudara sepupu dan si krucil-krucil yang ramai sendiri-sendiri, aku kembali tenggelam dalam buku catatan dan melanjutkan rangkuman profil sebelum akhirnya kususun menjadi paragraf yang rapi.

Adzan maghrib kembali membuyarkan hiruk pikuk keramaian di dalam rumah. Aku pun berniat melanjutkan tulisanku ba'da isya' hingga larut malam. Tapi lelah yang menjanggat membuat mataku enggan untuk diajak kompromi. Bahkan aku tertidur pulas setelah mengkholaskan 1 juz harianku sebelum sempat sholat isya'. Allah ya kariim... shalat isya'nya mundur hingga jam satu dini hari. Deadline pun kembali tak terpenuhi, hingga aku harus memutuskan minta perpanjangan 2 hari merampungkan 2 antologi yang masih menggantung tak berdaya sebelum aku melanjutkan duduk di depan laptop dan kembali menuang ide-ide, menyusun kalimat-kalimat yang pas untuk menjadi sebuah tulisan.

Beginilah kalau kerja dengan deadline. Akan mengajarkan betapa berharganya waktu, hingga harus bisa memanfaatkan sedikit waktu-wakti yang sedang luang agar tidak terbuang sia-sia. Sebuah pelajaran berharga bagiku. Bahwa waktu adalah segalanya. Memanfaatkan sedikit waktu yang ada untuk menyusun sebuah kalimat akan jauh lebih berharga ketimbang chating yang tiada henti... hehehe. Uninstall whatsapp dan beberapa akun sosmed ternyata memiliki dampak yang lebih baik. Setidaknya satu antologi sudah nangkring cantik di email bu Dian akbas, dan satu antologi telah tergarap separuh hanya dalam waktu 1 hari dua malam, dengan jam kerja pukul 3 pagi sampai subuh. Waktu yang cukup singakat bagi seorang yang baru belajar menulis... Hehehe #MembelaDiriSendiri hahaha :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya.. jangan lupa tinggalkan komentar dan follow g+ yaa.. ^_^