Laman

Label

Minggu, 01 Maret 2015

Seribu Makna di balik Gagalnya Rencana

Bismillah...
Esok ini, sebenarnya jadwalku libur. Tapi karena ada inventory dan rapat pengurus, semua jadwal yang sudah tersusun rapih gagal total. Sebal, kesal bahkan ingin marah sih awalnya.. padahal ingin menghabiskan liburan dirumah dan bisa tidur dengan nyenyak.. Tapi... tak pernah ada yang tau apa maksud Allah dr semua kegagalan rencana yang telah dirangkai dengan cantik.


Sebuah perjalanan kecil penuh makna telah Allah berikan sebagai ganti gagalnya semua rencanaku dolan sama teman2. Astaghfirullah... smg Allah masih berkenan memaafkan pentafsiran burukku ahir2 ini >.< Banyak pelajaran berharga yang kuperoleh hari ini.. tentang silaturrahmi, rasa syukur, positive thing sama Allah, dan pasrah semua kpdNya.
Pukul setengah sembilan, aku pun berangkat mengendarai motor, kakak yang bonceng. Menyelempangkan tas dan menenteng sebuah kalender tahun 2015. Yap... berangkat ke tempat kerja, sekalian memenuhi janjiku kepada sahabat lawas yang baru menempati rumah, karena di rumah barunya belum ada kalender.

Nama daerahnya nderesan. Sebenarnya gk jauh dari rumahku, tapi karena tersembunyi di bawah bukit2 curam dan tak ada kendaraan angkutan umum yang menjangkau daerah itu, aku yang sudah 23 tahun tinggal deket sini baru tau seminggu lalu desa itu. Hihihi... Alhamdulillah.. setidaknya punya motor bisa bermanfaat untuk menyambung silaturrahmi.^^

Melewati jalanan paving dan sempit sekaligus curam. Cukup mengerikan dan membuatku pobia sehingga aku lebih memilih jalan kaki sementara kakak di belakangku dengan motornya. Sungguh sejuk dan damai.. suasana pedesaan yang masih sangat kental membuat tenang tiap hati yang memandang bumi penuh keagungan..  subhanallah :')

Siapa sangka kalau sebenarnya aku punya saudara di sana. Mungkin kalau sahabat karibku tidak menikah dengan orang nderesan, aku juga gak bakal tahu kalau punya saudara disana. Setelah mengantar kalender, aku ditemui kakek2 yang ternyata masih saudara seperti yang telah diceritakan bapak ibu kapan waktu. 23 tahun aku terlahir, baru kali ini b main kesana, rumah sepupu dari almh nenek. Setiap guratan senyum diwajah mereka melukiskan kebhagiaan, ketika aku dan kakak memutuskan untuk mampir dan bisa menyambung silaturrahmi. Sedikit bincang2 nostalgia tentang masa lalunya para mbah pun kian menghangatkan suasana. Subhanallah... indahnya ukhuah... ^^ silaturrahmi yang singkat namun sarat akan makna. Semoga menambah berkah dengan menyambung persaudaraan yang sempat terputus.

Sepanjang perjalanan pulang dr desa itu, kita memilih rute yang lebih panjang karena jalannya juga lebih lebar meski 3x lipat lebih jauh jarak tempuhnya. Meliuk2, hamparan padi yang masih hijau di persawahan sepanjang jalan menjadi saksi akan ketentraman hatiku saat ngobrol banyak hal dengan kakak. Melewati rindangnya pepohonan yang berjajar seolah memamerkan keeratan persaudaraan mereka, saling silang menyiulkan nyanyian dalam hempasan angin yang mendesah penuh kegirangan.

Mendiskusikan betapa besarnya Kuasa Allah. Alhamdulillah punya motor bisa bermanfaat untuk sambung seduluran. Pembicaraan pun merembet kearah dosa. Bahwa dizaman sekarang, mendapatkan atau mau mengakses apapun serba mudah. Apalagi buat mencicil tabungan neraka >.< . Segala kemudahan dan segala fasilitas seringnya hanya menenggelamkan iman. Sedangakn untuk mengumpulkan tabungan syurga bagaikan mencari sebuah jarum dalam tumpukan jerami. Yaah tentunya, semakin susah dan semakin kita keras dalam berusaha mengumpulkan puing2 kebaikan di antara reruntuhan moral dan akhlaq, akan memiliki nilai yang sangat tinggi. Yang bisa kita lakukan hanyalah memohon belas kasihan dari Allah, karena manusia tak bisa menghindar dari dosa. Karena hanya Allah yang maha sempurna, maha belas kasih dan bisa memberi pertolongan kepada hambanya.

Di tengah perjalanan, kami menjumpai dua ekor anjing, satu coklat yang satunya lagi hitam. Aku kira dua anjing itu lebih mirip dengan anjing pelacak sih wajahnya :D. Awalnya sedikit takut sih, tapi toh aku lagi di atas motor, jadi mana mungkin mereka akan menyerangku..  hihihi
Kemudian kakak pun mulai bercerita tentang rizqi. Bahwa segalanya sudah di atur sama Allah, tinggal bagaimana cara kita mensyukuri apa yang telah diberi.

Kakak mulai teringat sebuah kata2 yang tak kufahami selama ini. Nangkring cantik di sebuah stiker yang nempel di kaca almari tempat ibu menyimpan tumpukan piring dan gelas.

" Ojo maneng menungso. Makhluk kang paling mulyo. Sedeng tengu2 lan semut utowo hewan kang najis pisan koyo asu celeng wayahe mangan yo mangan"
>> jangankn manusia, makhluk yang paling mulya. Bahkan ngengat dan semut, atau hewan najis seperti anjing dan babi pun, waktunya makan ya makan.

Sebenarnya aku tak faham dengan kalimat itu, hingga kakak menjelaskan panjang lebar makna yang terkandung di dalamnya. Bahwa Allah itu adil dan penuh kasih sayang tanpa membeda2kan setiap makhluknya. Bahkan anjing yang mendapat gelar "najis", selalu diberi rizqi yakni makanan dan tempat berlindung. Kalau setiap makhluk dari yang terkecil atau yang paling hina sekalipun bisa mendapatkan jatah rizqinya setiap hari, apalagi manusia yang notabenenya makhluk paling mulia? "Andaikan kita menjadi anjing, mungkin kita akan benci keadaan itu, tapi lihatlah... mereka tetap bersyukur tana kekurangan suatu apapun" kata kakak sambil berlalu meningalan dua makhluk bernama anjing yang tadi.

Intinya adalah bersyukur, ikhlas, percaya dan yakin akan semua rencana yang telah tersusun rapi di Lauh Mahfudz. Jodoh, Rizqi, dan kematian kita sudah tercatat dengan benar tanpa kurang suatu apapun. Allah akan mencukupkan bagi tiap-tiap hati yang lapang dan selalu bersyukur.

Dan kembali aku terenyak oleh kisah yang diceritakan kakak. Yakni tentang seorang perampok yang hendak mengintai mangsanya. Ia naik ke atas pohon, namun tiba2 perhatiannya teralihkan oleh sebuah burung yang berlalu lalang dan membawa makanan. Tapi anehnya, burung itu membawa makanan tidak untuk pulang ke sarangnya dan menyimpannya sebagai persediaan atau sekedar memberi makan anak2nya. Burung itu membawa makanannya ke sarang lain. Saking penasarannya, si perampok pun mengikuti kemana arah burung itu meningalkan makanannya yang seharusnya ia bawa pulang ke sarang. Dan begitu terkejutnya sang perampok ketika mengetahui, bahwa seekor burung itu sedang memberi makan seekor ular yang buta. Seketika itupun si erampok langsung menangis tersedu, lantas bertaubat dengan segala maksiat yang telah dilakoninya.

Seburuk2nya manusia, Allah tak pernah luput memberikan limpahan kebaikanNya. Itulah Allah... Yang Maha baik, maa pengampun dan maha sempurna. Sebenarnya Allah tak pernah menuntut apapun pada hambaNya. Bahkan Allah juga tidak menuntut hambaNya untuk selalu beribadah dan berlaku baik, karena baik buruk perangai makhluk tak dapat menggugat kekuasaaNya, tak memberikan manfaat apapun bagiNya. Sebalikya, kita sebagai manusia sangat membutuhkan belas asihan dari Allah, bak pengemis yng terluna lunta di jalanan.

Disinilah sebuah kesadaran itu muncul. Bahwa sebenarnya tidaklah tepat kita beribadah agar memperoleh surga dan iming2 jutaan pahala dari Allah. Melainkan ibadah adalah bentuk rasa syukur dan terimakasih atas seala limpahan berkah dan rahmat yang tiada hentinya mengalir deras di tiap denyutan nadi kita. :")

Allah.. semoga Engkau sudi memaafkan hamba, yang bahkan sering lalai dan lupa dengan nasihat2 yang terlontar dari mulutku sendiri :'( Hati ini asih sering terbolak balik tak menentu, mungkin hari ini bersyukur, namun esok pun seringnya lupa dan kembali dengan sejuta keluhan. u.u

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya.. jangan lupa tinggalkan komentar dan follow g+ yaa.. ^_^